Nama : Olga
Febriani Purba
NPM : 15512596
Kelas : 1PA01
Psikologi
SOAL 1
Kebiasaan
yang ada di lingkungan saya adalah
Di
daerah lingkungan saya tinggal, jikalau sebuah keluarga mengadakan pesta
pernikahan maka bapak-bapak dan ibu-ibu di daerah lingkungan itu akan berkumpul
1 hari sebelum pesta untuk membantu menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan pesta tersebut. Mulai dari memasak sampai menyiapkan peralatan-peralatan
tenda. Dan malamnya akan diadakan makan-makan kecil dan nyanyi bersama hingga
malam berakhir.
Pendapat saya, nilai-nilai yang yang dapat saya ambil dari kebiasaan ini adalah :
Pendapat saya, nilai-nilai yang yang dapat saya ambil dari kebiasaan ini adalah :
- Nilai
social/lingkungan masyarakat, dimana masyarakat disini saling mengerti akan
manusia tidak akan hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain dan memiliki
solidaritas yang tinggi akan sesama manusia yang membutuhkan. Mereka saling
bergotongroyong untuk menyelesaikan suatu kegiatan ataupun kerjaan.
- Nilai religious/agama, dimana masyarakat tidak
membeda-bedakan yang ditolong itu suku dan agama apa, mereka tetap membantu walaupun
berbeda agama. Disini mereka menunjukan rukun beragama yang sangat harmonis.
- Nilai kekeluargaan, dimana masyarakat
mengangkat semua masyarakat itu adalah keluarganya, jadi jika keluarga A
mengadakan pesta, maka keluarga B juga turut membantu dan senang.
- Nilai moral/sikap, dimana masyarakat
menunjukkan keramah-tamahannya kepada masyarakat yang lainnya.
Tetapi,
dibalik itu semua ada sisi negatif dari kehidupan tersebut seperti bernyanyi
hingga larut malam. Itu kurang baik karena masyarakat lain dapat terganggu
apalagi mereka bernyanyi dan bermain musik.
SOAL 2
Faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya perubahan kebudayaan adalah
a. Faktor intern yang merupakan faktor yang
berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya:
- Perubahan
penduduk, seperti : kelahiran, kematian, dan imigrasi
- Penemuan
yang baru, seperti : adanya penemuan-penemuan teknologi yang baru, yang
sebelumnya tidak ada, atau memperbaharui, melengkapi ataupun menggantikan yang
telah ada.
- Adanya
Revolusi dapat menyebabkan perubahan struktur pemerintahan dalam suatu Negara.
b. Faktor
ekstern yang merupakan faktor yang berasal dari luar masyarakat ataupun
perubahan alam dan fisik tempat mereka hidup, misalnya :
- Peperangan,
hal ini dapat menyebabkan perubahan mendasar pada suatu Negara baik dari
segi sistem pengetahuan, teknologi, ekonomi, bahasa, kesenian dan agama.
- Perubahan alam seperti kerusakan
alam
- Pengaruh kebudayaan lain, seperti
penyebaran kebudayaan.
SOAL 3
Puisi
DIPONEGORO
Karya :
Chairil Anwar
Di masa
pembangunan ini
Tuan
hidup kembali
Dan bara
kagum menjadi api
Di depan
sekali tuan menanti
Tak
gentar lawan banyak seratus kali.
Pedang
di kanan, keris di kiri
Berselempang
semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini
barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali
berarti
Sudah
itu mati
MAJU
Bagimu
Negeri
Menyediakan
api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya
jalan ajal baru tercapai
Jika
hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
Nilai yang
terkandung dalam puisi ini ialah nilai perjuangan, dimana pada puisi ini
mendeskripsikan masa-masa perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Nilai-nilai
patriotisme perjuangan dalam setiap puisi yang ditulis menjadikan sebagai
rujukan nilai moral bagi para masyarakat . Amanat nasionalisme dan semangat
perjuangan masih sangat kental disuarakan.
Puisi Untukmu Sahabat
Karya
: Sudrajat Subagya
Sahabat
sejatiku
janganlah
kau lupakan aku
walau
langkahmu menjauh dariku
aku kan
mencoba mengerti itu
Sahabat
sejatiku
walau
tak selamanya kita bersatu
kan
kusimpan dalam kalbu
semua
kenangan dan juga wajahmu
Sahabat
sejati
tak akan
pernah ingkar janji
walau
apapun yang terjadi
semoga
kau tetap di hati
Nilai
yang terkandung dalam puisi ini adalah nilai persahabatan. Walau waktu akan
memisahkan, tetapi dia tetap akan mengingat kenangan yang telah terjadi. Ia
akan berusaha menjadi sahabat sejati. Dan itulah arti dari sebuah nilai
persahabatan.
Bintang
Karya :
Agnes Angelina Paramita
Oh...
bintang di langit
Aku terpukau akan keindahanmu
Yang bersinar di langit bagaikan pelita hati
Oh... bintang di langit
Bersinarlah selalu
Untuk menemaniku tidur
Di tengah gelapnya malam
Oh... bintang di langit
Kau memberiku harapan
Untuk selalu berbuat kebaikan
Bagi semua orang
Agnes Angelina Paramita
Aku terpukau akan keindahanmu
Yang bersinar di langit bagaikan pelita hati
Oh... bintang di langit
Bersinarlah selalu
Untuk menemaniku tidur
Di tengah gelapnya malam
Oh... bintang di langit
Kau memberiku harapan
Untuk selalu berbuat kebaikan
Bagi semua orang
Agnes Angelina Paramita
Nilai
dari puisi ini adalah nilai Ketuhanan. Puisi yang menggambarkan tentang suasana
hati, jiwa, perasaan, dan pikiran. Puisi ini menegaskan tentang nilai ketuhanan
dimana ciptaan Tuhan yang bernama bintang itu sangat indah. Pengarang ingin
menyampaikan kepada pembaca tentang kekagumannya pada bintang. Pada bait
pertama, kedua, dan ketiga pengarang memperjelas repetisi kata “oh bintang”
yang ingin menegaskan kepada pembaca bahwa pengarang memuji kekuasaan Tuhan
yang telah menciptakan bintang sebagai penerang dikala gelap dan sebagai
ekspresi kekagumannya pada bintang.
Prosa
Timun
Mas
Mbok
Sirni namanya, ia seorang janda yang menginginkan seorang anak agar dapat
membantunya bekerja. Suatu hari ia didatangi oleh raksasa yang ingin memberi
seorang anak dengan syarat apabila anak itu berusia enam tahun harus diserahkan
ke raksasa itu untuk disantap. Mbok Sirni pun setuju. Raksasa memberinya biji
mentimun agar ditanam dan dirawat setelah dua minggu diantara buah ketimun yang
ditanamnya ada satu yang paling besar dan berkilau seperti emas. Kemudian Mbok
Sirni membelah buah itu dengan hati-hati. Ternyata isinya seorang bayi cantik
yang diberi nama timun emas.
Semakin
hari timun emas tumbuh menjadi gadis jelita. Suatu hari datanglah raksasa untuk
menagih janji Mbok sirni amat takut kehilangan timun emas, dia mengulur janji
agar raksasa datang 2 tahun lagi, karena semakin dewasa,semakin enak untuk
disantap, raksasa pun setuju.
Mbok Sirnipun semakin sayang pada timun emas, setiap kali ia teringat akan janjinya hatinya pun menjadi cemas dan sedih.
Mbok Sirnipun semakin sayang pada timun emas, setiap kali ia teringat akan janjinya hatinya pun menjadi cemas dan sedih.
Suatu
malam mbok sirni bermimpi, agar anaknya selamat ia harus menemui petapa di
Gunung Gundul. Paginya ia langsung pergi. Di Gunung Gundul ia bertemu seorang
petapa yang memberinya 4 buah bungkusan kecil, yaitu biji mentimun, jarum,
garam,dan terasi sebagai penangkal. Sesampainya dirumah diberikannya 4
bungkusan tadi kepada timun emas, dan disuruhnya timun emas berdoa. Paginya
raksasa datang lagi untuk menagih janji. Timun emas pun disuruh keluar lewat
pintu belakang untuk Mbok sirni.
Raksasapun mengejarnya. Timun emaspun teringat akan bungkusannya, maka ditebarnya biji mentimun. Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya. Raksasapun memakannya tapi buah timun itu malah menambah tenaga raksasa. Lalu timun emas menaburkan jarum, dalam sekejap tumbuhlan pohon-pohon bambu yang sangat tinggi dan tajam. Dengan kaki yang berdarah-darah raksasa terus mengejar. Timun emaspun membuka bingkisan garam dan ditaburkannya. Seketika hutanpun menjadi lautan luas. Dengan kesakitannya raksasa dapat melewati. Yang terakhir Timun Emas akhirnya menaburkan terasi, seketika terbentuklah lautan lumpur yang mendidih, akhirnya raksasapun mati.
" Terimakasih Tuhan, Engkau telah melindungi hambamu ini " Timun Emas mengucap syukur. Akhirnya Timun Emas dan Mbok Sirni hidup bahagia dan damai.
[Source:
dongeng.org/cerita-rakyat/nusantara/timun-emas.html]
Nilai
yang dapat diambil dari prosa ini adalah nilai moral dan nilai ketuhanan. Kita
diajarkan agar kita selalu mensyukuri apa yang diberikan Tuhan, tidak meminta kepada
jin ataupun raksasa. Selain itu cerita Timun Mas mengajarkan kita bersikap
pantang menyerah, contohnya Timun Emas ketika dikejar-kejar raksasa, walaupun
kantong pertama gagal, Timun Emas terus melemparkan kantong kedua, ketiga,
hingga kantong keempat.
Pohon Yang Egois
Di
sebuah padang luas tumbuhlah banyak pohon yang subur. Dari akar pohon-pohon itu
mengalirlah sungai di bawahnya yang airnya sangat jernih. Di antara pohon-pohon
itu, adalah sebatang pohon yang egois. Ia ingin hidup sendiri supaya segalanya
dapat ia miliki sendiri.Maka dicarilah akal agar pohon-pohon yang lain pergi
dari situ. Dengan akal jahatnya, pohon-pohon itu tidak kerasan dan pergi satu
persatu. Kini jadilah pohon yang jahat itu tinggal sendirian.Ia senang sekali
karena ia dapat menikmati segalanya sepuasnya tanpa berbagi dengan pohon lain.
Namun
kegembiraannya itu tak berlangsung lama. Malam hari ia ketakutan sendirian.
Ketika ada angin kencang ia hampir roboh tak mampu bertahan. Yang sangat
menyedihkan adalah air sungai yang dulu melimpah, kini mengering karena tempat
itu menjadi gundul. Pohon itu kekurangan airSekarang ia menangis siang dan
malam karena menderita.Ia memanggili pohon-pohon yang dulu ia usir supaya
kembali lagi tetapi tak satupun mau. Karena selalu bersedih, pohon itu menjadi
sakit, tubuhnya kurus dan akhirnya mati.
[Source : dongeng.org/dongeng/pohon-yang-egois]
Nilai
yang dapat diambil dari prosa ini adalah nilai moral. Dimana kita tidak boleh
memiliki sifat seperti pohon itu, akibatnya pohon itu ditinggal oleh
teman-temannya karena ia egois dan jahat. Begitu juga manusia. Semakin banyak
teman, hidup kita semakin nyaman. Kita jadikan semua orang adalah saudara kita.
Biografi Pahlawan Nasional Kyai Haji
Zainal Mustafa
Kyai
Haji Zaenal Mustafa adalah pemimpin sebuah pesantren di Tasikmalaya dan pejuang
Islam pertama dari Jawa Barat yang mengadakan pemberontakan terhadap
pemerintahan Jepang. Nama kecilnya adalah Umri alias Hudaemi. Lahir dari
keluarga petani berkecukupan, putra pasangan Nawafi dan Ny. Ratinah, di kampung
Bageur, Desa Cimerah, Kecamatan Singaparna. Ia anak pertama dari sembilan
bersaudara (kini termasuk wilayah Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame) Kabupaten
tasikmalaya (ada yang menyebut ia lahir tahun 1901 dan Ensiklopedi Islam menyebutnya
tahun 1907, sementara tahun yang tertera di atas diperoleh dari catatan Nina
Herlina Lubis, Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat).
Namanya
menjadi Kyai Haji Zaenal Mustofa setelah ia menunaikan ibadah haji pada tahun
1927. Sejak kecil Kyai Haji Zaenal Mustafa sudah tertarik kepada pelajaran
agama Islam. Ia belajar agama Islam dari ayahnya. Disamping belajar di sekolah
umum ia juga banyak menekuni agama. Pada waktu berusia dua belas tahun Umri
tamat sekolah dasar. Ia memang terkenal sebagai seorang anak yang cerdas. Pada
waktu itu ia sudah menghafalkan Al-Qur’an. Ia juga banyak belajar bahasa Arab.
Setelah
tamat sekolah dasar Kyai Haji Zaenal Mustafa melanjutkan pendidikannya ke
pelbagai pesantren. Kyai Haji Zaenal Mustafa bercita-cita menjadi seorang ulama
yang baik. Untuk menjadi ulama yang baik, orang tidak cukup belajar hanya pada
sebuah pesantren saja. Kurang lebih tujuh belas tahun lamanya ia berkelana dari
pesantren yang satu ke pesantren yang lainnya. Pesantren-pesantren yang pernah
dikunjungi Umri antara lain; Pesantren Gunung Pari, Pesantren Sukaraja,
Pesantren Sukamuskin, Pesantren Cilenga, Pesantren Jamanis.
Pada
Tahun 1927 Kyai Haji Zaenal Mustafa mendirikan sebuah pesantren di kampung
Cikembang. Di samping itu, ia juga mengadakan beberapa kegiatan keagamaan ke
pelosok-pelosok desa di Tasikmalaya dengan cara mengadakan ceramah-ceramah
agama. Maka sebutan kiai pun menjadi melekat dengan namanya. Kyai Haji Zaenal
Mustafa terus tumbuh menjadi pemimpin yang karismatik, patriotik, dan
berpandangan jauh ke depan. Tahun 1933, ia masuk Jamiyyah Nahdhatul Ulama (NU)
dan diangkat sebagai wakil ro’is Syuriah NU Cabang Tasikmalaya.
Setelah
Perang Dunia II, tepatnya pada 17 November 1941, Kyai Haji Zaenal Mustafa
bersama Kiai Rukhiyat (dari Pesantren Cipasung), Haji Syirod, dan Hambali
Syafei ditangkap Belanda dengan tuduhan telah menghasut rakyat untuk
memberontak terhadap pemerintah Hindia Belanda. Mereka ditahan di Penjara
Tasikmalaya dan sehari kemudian dipindahkan ke penjara Sukamiskin Bandung, dan
baru bebas 10 Januari 1942. Akhir Februari 1942, Kyai Haji Zaenal Mustafa
bersama Kiai Rukhiyat kembali ditangkap dan dimasukkan ke penjara Ciamis. Kedua
ulama ini menghadapi tuduhan yang sama dengan penangkapannya yang pertama.
Hingga pada waktu Belanda menyerah kepada
Jepang, ia masih mendekam di penjara. Pada tanggal 8 Maret 1942 kekuasaan
Hindia Belanda berakhir dan Indonesia diduduki Pemerintah Militer Jepang. Oleh
penjajah yang baru ini, Kyai Haji Zaenal Mustafa dibebaskan dari penjara,
dengan harapan ia akan mau membantu Jepang dalam mewujudkan ambisi fasisnya,
yaitu menciptakan Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Akan tetapi,
apa yang menjadi harapan Jepang tidak pernah terwujud karena Kyai Haji Zaenal
Mustafa dengan tegas menolaknya. Dalam pidato singkatnya, pada upacara
penyambutan kembali di Pesantren, ia memperingatkan para pengikut dan santrinya
agar tetap percaya pada diri sendiri dan tidak mudah termakan oleh propaganda
asing. Ia malah memperingatkan bahwa fasisme Jepang itu lebih berbahaya dari
imperialisme Belanda.
Besarnya
pengaruh Kyai Haji Zaenal Mustafa dalam pembentukan mental para santri dan
masyarakat serta peranan pesantrennya sebagai lembaga pendidikan dan pembinaan
umat membuat pemerintah Jepang merasa tidak bebas jika membiarkan pesantren ini
tetap berjalan. Maka, setelah peristiwa pemberontakan tersebut, pesantren ini
ditutup oleh Jepang dan tidak diperbolehkan melakukan kegiatan apapun. Kepala
Erevele Belanda Ancol, Jakarta memberi kabar bahwa Kyai Haji Zaenal Mustafa
telah dieksekusi pada 25 Oktober 1944 dan dimakamkan di Taman Pahlawan Belanda
Ancol, Jakarta.
Melalui penelusuran salah seorang santrinya,
Kolonel Syarif Hidayat, pada tahun 1973 keberadaan makamnya itu ditemukan di
daerah Ancol, Jakarta Utara, bersama makam-makam para santrinya yang berada di
antara makam-makam tentara Belanda. Lalu, pada 25 Agustus 1973, semua makam itu
dipindahkan ke Sukamanah, Tasikmalaya. Pada tanggal 6 Nopember 1972, KH. Zaenal
Mustofa diangkat sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional dengan Surat Keputusan
Presiden Republik Indonesia No. 064/TK/Tahun 1972.
[Source: id.wikipedia.org/wiki/Zainal_Mustafa/]
Nilai
yang terkandung dalam biografi ini adalah nilai perjuangan, nilai moral dan
nilai ketuhanan. Dalam biografi ini pembaca dapat meneladani sifat
kepahlawanan, berani melawan kejahatan untuk membela bangsa, dan memerangi
kebodohan yang menimpa rakyat.
Note:
Coba dibaca juga artikel lain bagaimana Google memberi kebebasan pada pelanggan.
No comments:
Post a Comment