Pendekatan eksistensial-humanistik menekankan renungan-renungan filosofis
tentang apa artinya menjadi manusia utuh. Terapi eksistensial terutama berpijak
pada premis bahwa manusia tidak bisa melarikan diri dari kebebasan dan bahwa
kebebasan dan tanggung jawab itu saling berkaitan. Berfokus pada kondisi
manusia. Pendekatan terapi eksistensialjuga bukan suatu pendekatan terapi
tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan
yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentag manusia.
Tujuan Terapeutik
Terapi eksistensial bertujuan agar klien mengalami keberadaannya secara
otentik dengan menjadi sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak
berdasarkan kemapuannya. Pada dasarnya tujuan terapi eksistensila adalah
meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan
pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggungjawab atas arah hidupnya. Penerimaan
tanggung jawab itu bukan suatu hal yang mudah; banyak orang yang takut akan
beratnya bertanggung jawab atas menjadi apa dia sekarang dan akan menjadi apa
dia selanjutnya. Mereka harus memilih, misalnya akan tetap berpegang pada
kehidupan yang dikenalnya atau akan membuka diri kepada kehidupan yang kurang
pasti dan lebih menantang. Justru tiadanya jaminan-jaminan dalam kehidupan
itulah yang menimbulkan kecemasan. Oleh karena itu, terapi eksistensial juga
bertujuan membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan
tindakan memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekedar
korban kekuatan-kekuatan deterministic di luar dirinya.
Fungsi dan Peran Terapis
Tugas utama terapis adalah berusaha memahami klien sebagai ada
dalam-dunia. May (dalam Gerald, 2007)
memandang tugas terapis di antaranya adalah membantu klien agar menyadari
keberadaannya dalam dunia: “ini adalah saat ketika pasien melihat dirinya
sebagai orang yang terancm, yang hadir di dunia yang mengancam dan sebagai
subjek yang memiliki dunia”.
Frank (dalam Gerald, 2007)menjabarkan peran terapis sebagai “spesialis
mata daripada sebagai pelukis”, yang bertugas “memperluas dan memperlebar
lapangan visual pasien sehingga spectrum keseluruhan dan makna nilai-nilai
menjadi disadari dan dapat diamati oleh pasien.
Teknik-teknik Humanistik
eksistensial tidak seperti kebanyakan pendekatan terapi, penekatan
eksistensial-humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara
ketat. Prosedur terapeutik bisa dipungut dari beberapa pendekatan terapi lainnya.
Tetapi terapi eksistensial-humanistik
merepresentasikan sejumlah tema yang penting yang merinci praktek-praktek
terapi.
Tema-tema dan dalill-dalil utama eksistensial
1
Dalil 1: Kesadaran diri
Manusia memeliki
kesanggupan untuk menyadari diri yang menjadikan dirinya memapu melampaui
situasi sekarang dan membentuk basis bagi aktivitas-aktivitas berpikir dan
memilih yang khas manusia. Kesadaran diri itu yang membuat manusia berbeda
dengan makhluk lainnya. Pada hakikatnya semakin tinggi kesadaran diri
seseorang, maka ia semakin hidup sebagai pribadi stsu sebagaimana dinyatakan
oleh Kierkegaard, “Semakin tinggi
kesadaran, maka semakin utuh diri seseorang”.
2
Dalil 2: Kebebasan
Manusia adalah makhluk yang
menentukan diri, dalam arti bahwa dia memiliki kebebasan untuk memilih di
antara alternatif-alternatif. Karena pada dasarnya bebas, maka dia harus
bertanggung jawab atas pengarahan hidup dan penentuan nasibnya sendiri.
3
Dalil 3: Keterpusatan dan Kebutuhan akan orang
lain
Setiap individu
memiliki kebutuhan untuk memelihara keunikan dan keterpusatannya, tetapi pada
saat yang sama ia memiliki kebutuhan untuk keluar dari dirinya sendiri dan
untuk berhubungan denganorang lain serta dengan alam. Kegagalan dalam
berhubungan dengan orang lain dan denga alam menyebabkan ia kesepian, mengalami
aliensi, keterasingan dan depersonalisasi.
4
Pencarian Makna
Salah satu karakteristik pada
manusia adalah perjuangannya untuk merasakan arti dan maksud hidup. Manusia pada
dasarnya selalu dalam pencarian makna dan identitas pribadi.
5
Dalil 5: KEcemasan sebagai Syarat Hidup
Kecemasan dadalah suatu
karakteristik dasar manusia. Kecemasan tidak perlu merupakan sesuatu yang
patologis, sebab ia bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang kuat untuk pertumbuhan.
Kecemasan adalah akibat dari kesadaran atas tanggung jawab untuk memilih.
6
Dalil 6: Kesadaran atas Kematian dan Non-Ada
Kesadaran atas kematian adalah
kondisi manusia yang mendasar yang memberikan makna kepada hidup. Para eksistensial
tidak memandang kematian secara negative. Menurut mereka mereka, karakteristik
yang khas pada manusia adalah kemampuannya untuk memahami konsep masa depan dan
tak bisa dihindarkannya kematian. Justru kesadaran atas akan terjadinya
ketiadaan memberikan makna kepada keberadaan, sebab hal itu menjadikan setiap
tindakan manusia itu berarti.
7
Dalil 7: Perjuangan untuk Aktualisasi Diri
Manusia berjuang untuk aktualisasi diri,
yakni kecenderungan untuk menjadi apa saja yang mereka mampu. Setiap orang
memiliki dorongan bawaan untuk menjadi seorang pribadi, yakni mereka memiliki
kecenderungan kea rah pengembangan keunikan dan ketunggalan, penemuan identitas
pribadi, dan perjuangan demi aktualisasi potensi-potensinya secar penuh. Jika seseorang
mampu mengaktualkan potensi-potensinya sebagai pribadi, maka dia akan mengalami
kepuasan yang paling dalam yang bisa dicapai oleh manusia, sebab demikianlah
alam mengharapkan mereka berbuat.
Sumber:
Corey, G. (2007). Konseling dan psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama
Riyanti, D, Prabowo, H. (1998). Psikologi umum 2. Jakarta: Gunadarma
Sumber:
Corey, G. (2007). Konseling dan psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama
Riyanti, D, Prabowo, H. (1998). Psikologi umum 2. Jakarta: Gunadarma
No comments:
Post a Comment